TAHAPAN STRES
Gejala-gejala
stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena
perjalanan awal
tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan
bilamana tahapan
gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya
sehari-hari baik
di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan
sosialnya. Dr.
Robert J. an Amberg (1979) dalam penelitiannya terdapat
dalam Hawari
(2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :
Stres tahap I
Tahapan ini
merupakan tahapan stres yang paling ringan dan
biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: 1) Semangat
bekerja besar,
berlebihan (over acting); 2) Penglihatan “tajam” tidak
sebagaimana
biasanya; 3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih
dari biasanya,
namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
Stres tahap II
Dalam tahapan
ini dampak stres yang semula “menyenangkan”
sebagaimana
diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul
keluhan-keluhan
yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi
cukup sepanjang
hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat
yang dimaksud
antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk
mengisi atau
memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhankeluhan
yang sering
dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres
tahap II adalah
sebagai berikut: 1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang
seharusnya
merasa segar; 2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang; 3)
Lekas merasa
capai menjelang sore hari; 4) Sering mengeluh lambung/perut
tidak nyaman (bowel
discomfort); 5) Detakan jantung lebih keras dari
biasanya
(berdebar-debar); 6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa
tegang; 7) Tidak
bisa santai.
Stres Tahap III
Apabila
seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan
keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan
keluhan-keluhan
yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu: 1) Gangguan
lambung dan usus
semakin nyata; misalnya keluhan “maag”(gastritis), buang
air besar tidak
teratur (diare); 2) Ketegangan otot-otot semakin terasa; 3)
Perasaan
ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat;
4) Gangguan pola
tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur
(early
insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur
(middle
insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat
kembali tidur (Late
insomnia); 5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa
oyong dan serasa
mau pingsan).
Pada tahapan ini
seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter
untuk memperoleh
terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi
dan tubuh
memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah
suplai energi
yang mengalami defisit.
Stres Tahap IV
Gejala stres
tahap IV, akan muncul: 1) Untuk bertahan sepanjang hari
saja sudah
terasa amat sulit; 2) Aktivitas pekerjaan yang semula
menyenangkan dan
mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa
lebih sulit; 3)
Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan
kemampuan untuk
merespons secara memadai (adequate); 4)
Ketidakmampuan
untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari; 5)
Gangguan pola
tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan;
Seringkali
menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan
kegairahan; 6)
Daya konsentrasi daya ingat menurun; 7) Timbul perasaan
ketakutan dan
kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.
Stres Tahap V
Bila keadaan
berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres
tahap V, yang
ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Kelelahan fisik dan
mental yang
semakin mendalam (physical dan psychological exhaustion); 2)
Ketidakmampuan
untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan
dan sederhana;
3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal
disorder);
4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin
meningkat, mudah
bingung dan panik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar